Aku Hanyalah Seonggok Sampah Di Tepi Jalan

http://www.registrykaskus.com/2012/07/aku-hanyalah-seonggok-sampah-di-tepi.html
Artikel ku kali ini bercerita tentang seorang anak jalanan yang di anggap seonggok sampah tak berarti yang ada di pinggir jalanan ibu kota oleh orang-orang disekitarnya, mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan renungan untuk para sahabat ku bahwa didalam hidup ini kita harus selalu bersyukur kepada sang pencipta atas semua yang telah diberikan kepada kita.

Aku hanyalah seonggok sampah di tepi jalan. Aku mungkin selalu di acuhkan oleh orang-orang yang ada di sekitarku, tapi terkadang ada yang perduli denganku dan tak jarang banyak juga yang tak pernah memperdulikan keberadaan ku ini.

Mereka selalu melihatku dengan sinis berjalan di depan ku penuh dengan kesombongan, memandang diriku dengan sebelah mata dan terkadang mereka menutup hidung ketika berjumpah dengan ku. Aku sadar aku hanyalah seonggok sampah yang tak berarti yang di buang di pinggir jalan besar ini.

Aku tak pernah ingin menjadi seonggok sampah. Dan bahkan aku pun tak pernah bermimpi untuk dilahirkan menjadi seonggok sampah yang selalu di anggap hina oleh orang-orang di sekitar ku.

Terkadang aku iri dengan mereka yang hidup serba berkecukupan tinggal di rumah yang mewah, duduk didalam mobil mewah, makan-makanan yang enak. Tanpa harus selalu merasakan perut yang lapar, berpanas-panasan di tengah terik matahari yang menyengat atau harus kedinginan disaat hujan turun.

Tak seperti diriku yang serba kekurangan, untuk makan atau sekedar mengisi perut ku yang lapar saja aku harus rela berpanas-panasan, dan terkadang aku harus berjuang melawan cuaca dingin dikala hujan turun membasahi satu-satunya pakaian lusuh yang melekat di tubuhku ini karena aku tak mempunyai tempat tinggal seperti mereka yang serba berkecukupan, sedangkan tempat untuk ku berteduh hanyalah kolong jembatan yang selalu menjadi tempat yang nyaman setiap hari untuk aku berlindung dari panas dan hujan.

Demi bisa mengisi perutku aku harus meminta belas kasihan dengan menjual suara ku yang tak mempunyai nada ini kepada orang-orang yang ku jumpai atau dengan mengais botol-botol bekas yang sudah tak terpakai dan dibuang oleh orang-orang demi bisa mengisi perut ku yang lapar.

Terkadang aku iri dengan mereka yang bisa bersekolah, tak seperti diriku yang tak pernah merasakan manisnya bangku sekolah. Jangankan bermimpi untuk bisa bersekolah dengan layak di sekolah yang mewah sedangkan untuk makan pun aku harus rela meminta belas kasihan orang lain.

Jika aku boleh memilih waktu aku di lahirkan sudah pasti aku tak ingin dilahirkan ke dunia ini menjadi seorang anak jalanan. Apa mungkin itu semua sudah menjadi suratan takdir untuk ku menjadi seonggok sampah yang dilahirkan tanpa pernah mengenal sebuah kasih sayang dari ayah dan ibu yang sampai saat ini tak pernah aku tau keberadaannya.

Tapi aku tak pernah murung dan berkecil hati dengan keadaan ku ini, wajahku selalu ceria dan aku pun selalu memberikan seyuman ku yang polos dan penuh rasa ikhlas kepada orang-orang yang ku jumpai. Ya aku pun sadar walaupun terkadang mereka tak pernah membalas senyumanku ini tapi aku tak pernah memperdulikan itu semua.

Keadaan ku memang serba kekurangan yang memaksa ku untuk mencari uang di saat anak seusia ku tengah menikmati asyiknya bermain aku malah sibuk mencari uang untuk bisa tetap bertahan hidup di kota besar ini, bahkan bisa dibilang sebenarnya aku belum pantas untuk mencari uang tapi itu semua tak pernah membuat ku berhenti untuk selalu menunjukan kepada semua orang-orang keceriaan yang ada di wajah ku ini.

Aku selalu bermimpi aku bisa menjadi seperti orang-orang itu yang hidupnya selalu berkecukupan. Ya aku sangat yakin semua itu akan terwujud dan akan ku kejar semua mimpi-mimpi ku itu agar menjadi sebuah kenyataan.

Rasa lelah yang ada di tubuhku terkadang sudah tak pernah ku rasakan lagi, yang selalu ku rasakan hanyalah perut lapar yang datang setiap hari dan rasa malu meminta belas kasihan kepada orang-orang yang ku jumpai pun mungkin sudah tak pernah ku pikirkan lagi yang ada di pikiranku setiap hari adalah bagaimana esok hari aku bisa tetap menyambung hidup.


artikel ini aku buat dan aku dedikasikan untuk semua para anak-anak jalanan semoga kalian tetap semangat dalam menjalani kehidupan yang keras di kota besar ini, tetaplah tersenyum warnailah dunia ini dengan senyuman-senyuman yang penuh kepolosan dari wajah kalian tanpa ada paksaan dari siapapun untuk membuat kalian selalu tersenyum :)

Dian Registry - Jakarta 20 Juli 2012



>

Aku Hanyalah Seonggok Sampah Di Tepi Jalan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

1 comments: